Jumat, Juni 17, 2011

Nuansa Bening


Kyaaa.. Inget few years ago.. Masih ngepens-pens nya banget tuh ama vidi.. Hahahaha...
Sekarang?
Ummm.. Gimana yah? Ya.. Gitu deh... Ga lebay kaya dulu sih..
hehehehe :p
Posted by Picasa

Rabu, Juni 15, 2011

Kang Rendy.. KAng Rendy...

Gara-gara kang Rendy Saputra niiih!!!
Itu yang selalu kang Reza ungkapkan waktu di sekolah baraya. Hohoho. Dan saya akhirnya merasakan apa yang yang kang Reza rasakan!
Bukan mau caci, maki, apalagi hina!

Cerpen : Sepotong Donat Coklat

Pagi. Jalanan masih sepi, mentari masih malu-malu menampakan sinarnya meski berkas-berkas sinar sudah tak sabar menunjukan eksistensi nya di bumi. Derap langkah tenang seorang perempuan, berjilbab dengan mantel tebal dan sepatu boots, terketuk pelan dan teratur di jalan beraspal yang masih terasa dingin. Gadis itu merasakan udara dingin yang membelai wajahnya, teringat sebuah kenangan masa lalu.
*** 
Derap ketukan kaki di dalam angkot sarijadi-stasiun hall itu terus terdengar sepanjang lampu merah. Bahkan sesekali ketika angkot tersebut berhenti untuk menurunkan atau menaikan penumpang, ketukan tersebut kerap terdengar kembali. Sebuah desahan pelan dengan nada kesal dan cemas tak jarang terdengar. 
Panik. Jelas. Gadis itu sudah terlambat untuk mengambil donat pesanannya. Pak Donat, begitu ia biasa memanggil pengantar donat, pasti harus menunggu lagi dan terpaksa terlambat mengantar pesanan lain, pikirnya. Perasaan bersalah menghantui perjalanannya menuju sekolah.
Ugh! Kenapa harus telat lagi?!
Gadis itu mengeluarkan handphone kecilnya yang bergetar dari saku roknya. 


Donat udah aku ambil, bagian kamu aku taro di kelasmu. Aku kasih ke mbos..
Sender : Roro


Huuuffft... 
Gadis itu menarik nafas lega. Ini sebetulnya bukan sekali dua kali terjadi. Nyaris setiap dia harus piket mengurus donat, guna menggalang dana usaha bagi kas rohis sekolah, ia selalu terlambat. Sejak kelas X SMA, dan sebentar lagi kenaikan kelas menuju kelas XII. Gadis itu tampak berfikir dan merenung,  namun ia segera mengalihkan pikirannya, ada masalah besar lain yang akan segera menimpanya. Ruang piket sekolah.
***
Udara dingin itu masih terasa menerpa tubuh meski sudah memakai mantel yang berbahan cukup tebal. Leipzig musim dingin memang cukup membuat metabolisme tubuh lebih cepat meski tak harus berlarian seperti empat tahun lalu ketika pergi sekolah. Mungkin sepotong donat coklat dan secangkir kopi panas bisa menjadi sedikit obat rindu tanah air.




*footnote : cerita ini di ilhami dari pengalaman dan mimpi saya. hehe. wish come true.. amiiin.. >.<