Senin, Agustus 25, 2014

Pernah ada

Dan mungkin masih ada.

Foto dan tulisan memang menerbangkan aku pada beberapa banyak kenangan di masa lalu. Tentang langkah-langkah yang telah dilalui sebelum akhirnya sampai di titik ini.

Mungkin terlalu jauh jika harus terbang ke masa dimana aku mulai  mengingat kenangan kenangan masa kecil, tapi kali ini aku ingin singgah di sebuah memoar 4 tahun lalu.

Di pertengahan 2010 saya bertekad bertransformasi. Aku berubah, pertama dari penampilan hingga kebiasaan. Itu mengawali ceritaku di bangku kuliah.
Jejak jejak juga sempat sedikit tertoreh di beberapa organisasi hebat yang aku juga tak percaya pernah menjadi salah satu bagian penyangganya.
Hingga suatu saat, waktu berubah,aku mulai merasakan suatu tuntutan lain. Ada panggilan keras dari dasar tanah yang aku injak. Aku harus memilih tanah yang harus ku gali.

Beberapa periode menghabiskan  masa muda bersama idealisme orang-orang hebat dan perlahan menarik diri menjadi tak terlihat. Bukan tak ingin terlihat, tapi aku harus muncul di tempat lain.

Kadang aku dengar riuh-riuh suara teriakan perjuangan mereka. Aku rindu. Kadang aku tengok, peluh peluh mereka menetes, ingin aku menyekanya. Aku hanya bisa jadi angin, yang semoga mereka rasakan sejuknya, membantu mereka merambatkan suara perjuangan mereka hingga tempatku berada.

Ah, rindu. Selalu saja menghantui malam-malamku. Semoga rindu ini sampai, karena ada untaian doa dalam setiap hembusan kegelisahan, semoga ada sedikit hembusan doa darisana yang menerpaku, menyejukan hatiku, merasuk dalam rasaku.

Aku tak terlihat, tapi aku di belakang kalian. Menyusuri jejak jejak langkah yang kalian tinggalkan, meraba arah kemana kalian pergi, setia pada janji bertemu di tujuan.

Minggu, Agustus 24, 2014

ingin menulis tapi

Padahal langit begitu cerah, awan juga menggumpal jelas diantara birunya langit.
Ah, menulis. Dulu pernah berkelakar kalau menulis hanya bagian dari katarsis, tapi ternyata menulis lebih dari sekedar katarsis. Menulis menajamkan rasa kita tentang dunia, tentang hembusan angin, tentang temaram cahaya bulan.

Hari ini sedikit baca-baca tulisan lama, entah karena narsis, tapi rasanya gak percaya kalau saya dulu pernah nulis postingan-postingan itu, gak percaya kalau saya bisa take foto macam itu. Rasanya puas dengan masa lalu, karena masa lalu itu yang membentuk kita hari ini. Gak pernah ada penyesalan tentang masa lalu, yang penting berbuat yang terbaik saat ini untuk masa depan.

Tumblr, blogspot, deviantart, plurk, dan berbagai media katarsis lainnya sudah mulai jarang dikunjungi. Bahkan line pun, yang mudah di jangkau, saya sudah jarang berbagi disana.
Ah, masalah klasik adalah tentang waktu. Sering memang kita harus menyempatkan diri untuk sejenak mengabadikan rasa dalam bentuk tulisan maupun gambar, agar suatu saat bisa menjadi memoar, agar suatu saat kita bisa mencari keindahannya jika kini kita belum bisa menemukan keindahannya.

Ah,  rasa...