Sumpah. Maafin diriku yang buffer akibat lemot jaringan jadi ga update berita terbaru. Masya Allah pagi ini saya dikagetkan oleh keputusan PS buat menjadikan SSU sebagai wakilnya. OMG, kenapa nih? Kenapa? Kan SSU masih menjabat? Kaya gak ada yang lain aja. Kan sebelumnya mau sama A nih, kalau ga mau ya B. Tapi kok jauh jauh ke S?
Jadi baper dan buffer ini begitu relate. Dari kemarin udah degdegan, duh siapa nih? Siapa? Siapa? Nama A, B, C yang muncul itu bagus banget, bagus asli. Cuma belum yakin, bisa ga nih? Padahal kalau Allah berkehendak mah, kun fayakun. Tapi nama namanya kok gak menjual gitu. Bukan masalah menjual atau tidak sebetulnya, tapi ikhlas dan siap berusaha buat bangsa. Ulama mah ga usah ditanya atuh pengorbanannya.
Nah kemarin siang apa sore gitu, muncul nama SSU. Leh uga, i sightly mind. Etapi dia udah 'punya' orang (jakarta). Yawdah, sekip. Tapi makin naik nih. Eh, loh? Loh? Kok makin fixed ini. Dan ternyata ditinggal bobo, ebener, FIXED. Kecewa. Ko ga ngikutin SARAN ULAMA sih, sampai kemarin kemarin rela berpikir dan bermusyawarah melalui ijma ulama yang datang dari seluruh penjuru negri, mengorbankan waktu, pemikiran, dan harta untuk umat. Ko gitu sih.
Tapi memang dari semua nama nama yang naik, doi yang secara pribadi kusuqa dan akan mudah disukai.
Em.. Ibarat gini, kamu ada calon suami nih (elah ibaratnya), udah taaruf, udah proses insya Allah nih, kayaknya bakal sama doi jadinya. Udah diperhitungkan kalau sama doi nanti rumah tangganya insya Allah begini begini. Etaunya, tiba tiba ada yang khitbah melalui orangtua dan diterima sama AYAH. Ya sudah lah. Dadah calon lama. Setelah di liat, di kenali, eh rupanya dia ganteng uga, sholeh uga, tajir uga, baik uga. Ya udah deh, bismillah.
Terlihat seperti pemaksaan, tapi ya kan AYAH memang punya hak untuk menikahkan PUTRInya dengan siapa yang dia anggap baik.
Begitu juga bapak PS ini, orang dia yang nyapres. Ya balik lagi ke dia sih. Ijma ulama kan hakekatnya SARAN. Cuma memang ada yang percaya, insya Allah dipilihkan ulama, gak akan menyesatkan. Kalau misal mau keukeuh sama ijma ulama, ya UTAMA nya ijma tersebut juga menghasilkan nama calon yang BERSEDIA DICALONKAN dan BERSEDIA NURUT 100% sama hasil ijma tersebut.
Sakralnya ijma ini mungkin kaya masukan orangtua. Misalnya, kalau dipilihin jodoh sama orangtua, insya Allah dipilihin yang terbaik menurut mereka. Tapi kan anak ada yang ng-geh, legowo aja, atau malah kekeuh sama pilihannya. Nah orangtua juga nih, apa mau keukeuh atau iklas dan merestui anaknya. Mungkin orangtua juga akan lihat, gimana nih calon pilihan anaknya. Kalau oke juga, ya kenapa harus menentang, meski kecewa pilihannya tidak bisa dilaksanakan.
DAN HARUS DIINGAT, PASLON INI BELUM SAH YA TERPILIH jadi PRESIDEN DAN WAPRES. Kalau dalam pernikahan BELUM SAH NIKAH. Tetap jodoh dan takdir di tangan Allah. Kita berusaha aja yang versi terbaik.
Sebetulnya ini kaya akan hikmah sih. Kita bisa lihat, atau setidaknya punya gambaran, segimana PS tsiqohnya sama ulama, segimana pentingnya anak anak muda ngerti agama secara utuh, ngerti politik secara komprehensif dan punya wawasan kebangsaan yang utuh, biar nanti di masa depan kaga susah nyari calon. Calon pemimpin maksudnya (pemimpin rumah tangga? Wkwk). Terus hikmah lainnya, buat diri pribadi, qadarullah itu bisa saja diluar rencana kita. Masya Allah, sesek banget ini pagi, syahdu di tengah hiruk pikuk. Allah punya banyak rencana dan keputusan yang mungkin belum bisa kita pahami, padahal itu pasti yang terbaik dari Allah buat kita.
Bismillah.. Ayo kita berdoa yang keras dan khusyuk di jumat pagi ini. Supaya Allah senantiasa menjaga negeri ini. Pasti apapun hasilnya nanti, itu yang terbaik buat kita dari Allah.
betewe, cuma 2 paslon aja ini teh?
Next post tentang probabilitas aku memilih JW.