Sabtu, Desember 27, 2014

#25DayBlogChallenge - #4 Favorite Quote


Belakangan ini saya sering merasa lelah. Ya, gampang capek kalau melakukan sesuatu, misalnya bimbingan. DX Ya, itu menguras hati, pikiran dan ongkos.
Tapi saya ingat, dulu waktu jaman saya masih banyak sekali aktivitas yang jauh lebih padat dan banyak daripada ini, saya punya moto dan favorite quote dari kakak kelas saya waktu SMA.

"Tak akan lelah kalau lillah..."

Semoga memang setiap peluh yang menetes, setiap energi yang terhabiskan, setiap nafas yang terhembus, insya Allah selalu lillah, karena Allah...


Kamis, Desember 25, 2014

Catatan Lain dari Hati Seorang Istri

Dia telah berlalu dan berganti semu
Di padang rerumputan ini, kami pernah bersama
Ilalang, dandelion, jepetan kuku, putri malu
Aku seakan layu dimakan waktu dalam ingatanmu
Padahal kita pernah menikmati percikan senja ini bersama angin-angin yang menggesekan  daun-daun kenangan
Bahkan saat langit semakin temaram, engkau seperti hilang bersama cahaya
Saat ku temukan lagi dirimu, kau telah bersanding dengan bintang-bintang jelita
Aku tahu, saat pagi datang lagi, kau akan hadir dalam bentuk lain
Yang mungkin akan terasa lebih menghangatkan setelah ku tempuh dinginnya malam


"Satu-satunya yang tak akan memisahkan kita adalah puisi
Bahkan saat kau pergi aku tetap bertahan di larik yang kau cabik
Puisi adalah caraku membingkaimu dalam sunyi" (Helvy Tiana Rosa)

Minggu, Desember 07, 2014

Desember

Desember, sewindu lalu
Aku menggores penaku pada lembaran lembaran buku harian
Ada apa disana?
Aku tak berteman, tak benar-benar berteman
Aku hanya bercerita pada tiap lembar serat kayu mati yang menjadi hidup dengan kisahku
Tiap huruf merangkai untaian makna, menyisakan ingatan tentang bahagia dan kesedihan
Hai langit Desember,
ingatkah kau ketika kau menjadi tanda dimana aku menghitung waktu, menjelang waktu-waktu istimewa
Ingatkah ketika kau ku campakan setelah ku arungi lagi kisah lain yang lebih menarik di bulan-bulan Georgian lainnya? Mungkin, jika kau memperhatikanku, kau akan merasa sebal
Aku hanya ingin menyapa lagi, ketika ku ingat, ternyata bukan hanya mereka, yang jejaknya telah terhapus hujan di waktumu, yang menjadikanmu istimewa
Hai Desember, apa kabar?

#25DayBlogChallenge #3 What Are You Afraid Of?

Jika ditanya apa yang saya takutkan?

Weis, dalem eung. Hal yang saya takutkan? Pertanyaan ini membuat saya kembali berpikir. Takut gelap? Tidak terlalu. Sendiri? Juga tidak. Kecoak dan cicak juga kodok? Mereka hanya membuat saya sebal ketika mereka mengganggu. Lelaki? Ah, mereka hanya membuat saya gugup.

Lalu apa yang saya takutkan?

Jumat, Oktober 31, 2014

#25DayBlogChallenge - #2 20 Fact About Me

  1. Anak pertama dari tiga bersaudara
  2. Lahir di Cianjur, di akta kelahiran dan ijazah di tulis lahir di Sumedang, di KTP di tulis di Bandung, besar di Majalaya. Okay..
  3. Suka internetan, meski ga pake banget. Buat pengalihan isu (ketika matigaya, garing atau awkward moment).
  4. Bisa dibilang kejam kalau soal kebaikan dan kebenaran buat orang tersayang, tapi sering juga tidak tegaannya muncul.
  5. Pemalu, terutama pada laki-laki

Jumat, Oktober 17, 2014

#25DayBlogChallenge - #1 Introduction

Loha! Ah, lama sekali saya tidak nge-blog. Kenapa?
Bingung. Belakangan ini saya bingung mau nulis apa. Belakangan ini saya agak-agak melow dan mendadak jadi pencinta roman pasaran. Saya lagi suka baca-baca buku roman, you know, baca buku roman hanya menambah semangat dan memainkan perasaan. Tapi ide buat nulis jadi buntu, nulis roman, juga gak berpengalaman  di dunia nyata haha :p
Akhirnya nemu tantangan ini di blog nya teh Linda. Akhirnya jadi terpancing buat nulis lagi. :D
Sebenernya sudah beberapa kali ikut tantangan nge-blog, tapi terhenti karena buntu ide atau gak sempet. Saya lihat tantangan ini tidak terlalu mengikat, baik dari segi waktu dan temanya juga sederhana. So, i decided. :)


Senin, Agustus 25, 2014

Pernah ada

Dan mungkin masih ada.

Foto dan tulisan memang menerbangkan aku pada beberapa banyak kenangan di masa lalu. Tentang langkah-langkah yang telah dilalui sebelum akhirnya sampai di titik ini.

Mungkin terlalu jauh jika harus terbang ke masa dimana aku mulai  mengingat kenangan kenangan masa kecil, tapi kali ini aku ingin singgah di sebuah memoar 4 tahun lalu.

Di pertengahan 2010 saya bertekad bertransformasi. Aku berubah, pertama dari penampilan hingga kebiasaan. Itu mengawali ceritaku di bangku kuliah.
Jejak jejak juga sempat sedikit tertoreh di beberapa organisasi hebat yang aku juga tak percaya pernah menjadi salah satu bagian penyangganya.
Hingga suatu saat, waktu berubah,aku mulai merasakan suatu tuntutan lain. Ada panggilan keras dari dasar tanah yang aku injak. Aku harus memilih tanah yang harus ku gali.

Beberapa periode menghabiskan  masa muda bersama idealisme orang-orang hebat dan perlahan menarik diri menjadi tak terlihat. Bukan tak ingin terlihat, tapi aku harus muncul di tempat lain.

Kadang aku dengar riuh-riuh suara teriakan perjuangan mereka. Aku rindu. Kadang aku tengok, peluh peluh mereka menetes, ingin aku menyekanya. Aku hanya bisa jadi angin, yang semoga mereka rasakan sejuknya, membantu mereka merambatkan suara perjuangan mereka hingga tempatku berada.

Ah, rindu. Selalu saja menghantui malam-malamku. Semoga rindu ini sampai, karena ada untaian doa dalam setiap hembusan kegelisahan, semoga ada sedikit hembusan doa darisana yang menerpaku, menyejukan hatiku, merasuk dalam rasaku.

Aku tak terlihat, tapi aku di belakang kalian. Menyusuri jejak jejak langkah yang kalian tinggalkan, meraba arah kemana kalian pergi, setia pada janji bertemu di tujuan.

Minggu, Agustus 24, 2014

ingin menulis tapi

Padahal langit begitu cerah, awan juga menggumpal jelas diantara birunya langit.
Ah, menulis. Dulu pernah berkelakar kalau menulis hanya bagian dari katarsis, tapi ternyata menulis lebih dari sekedar katarsis. Menulis menajamkan rasa kita tentang dunia, tentang hembusan angin, tentang temaram cahaya bulan.

Hari ini sedikit baca-baca tulisan lama, entah karena narsis, tapi rasanya gak percaya kalau saya dulu pernah nulis postingan-postingan itu, gak percaya kalau saya bisa take foto macam itu. Rasanya puas dengan masa lalu, karena masa lalu itu yang membentuk kita hari ini. Gak pernah ada penyesalan tentang masa lalu, yang penting berbuat yang terbaik saat ini untuk masa depan.

Tumblr, blogspot, deviantart, plurk, dan berbagai media katarsis lainnya sudah mulai jarang dikunjungi. Bahkan line pun, yang mudah di jangkau, saya sudah jarang berbagi disana.
Ah, masalah klasik adalah tentang waktu. Sering memang kita harus menyempatkan diri untuk sejenak mengabadikan rasa dalam bentuk tulisan maupun gambar, agar suatu saat bisa menjadi memoar, agar suatu saat kita bisa mencari keindahannya jika kini kita belum bisa menemukan keindahannya.

Ah,  rasa...

Sabtu, Juni 14, 2014

Terjebak Nostalgia

Pria melihat gadis yang duduk di pojok kelas. Gadis itu ternyata sedang menatapnya juga. Pria buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain. Berdebar. Orang-orang bilang gadis itu sangat membenci Pria. Perasaan Pria jadi tak menentu setelah mendengar kabar itu. Gundah.
***
Sudah seminggu Rara tak masuk. Ibu Yuyun, walikelas Pria mengabarkan bahwa Rara tifus. Pria dan beberapa perangkat kelas lainnya ditugaskan menjenguk Pria. Perasaan Pria tak tentu, yang jelas sejak ditugaskan tadi, jatung Pria seakan berdebar kencang.
Saat di depan pintu kamar rawat Rara, Pria mengetuk pintu, "Permisi..".
Ada suara pintu dibuka, dan terlihat wajah yang tak asing tersenyum ketika melihat Pria dan rombongan.
Bu Erni, guru kesenian mereka, ibunda Rara, yang membukakan pintu.
Setelah dipersilahkan masuk, anak-anak berseragam putih biru itu melangkah masuk. Pria masuk paling terakhir. Wajah Pria memerah saat matanya bertemu dengan sosok yang terbaring di ranjang. Wajah gadis yang terbaring juga memerah. Mereka langsung saling membuang pandangan.
***
Pria tersenyum geli. Sekarang ia sedang dalam antrian undangan yang hendak memberikan selamat pada pengantin di pelaminan.
"Cantik", gumam Pria dalam hati, ada sebuah perasaan aneh dalam hatinya saat melihat ratu pesta hari ini.
Gadis yang menjadi ratu di pelaminan itu adalah Rara, cinta pertamanya. Cinta pertama yang tak pernah tersampaikan.
Dwi memeluk gadis cantik itu, memberikan selamat pada Rara. Pria hanya mampu menyalaminya, memberikan senyum dan selamat. Rara membalasnya dengan respon serupa. Rasanya ada sesuatu yang menahaannya untuk ingin tetap berada di posisi itu, tapi Pria tetap melangkah juga karena antrean di belakangnya masih panjang.
Selesai bersalaman dengan orangtua mempelai, Pria dan Dwi menuruni undakan pelaminan. Pria berpikir sesuatu, tapi tangan Dwi yang kemudian menggantungi di lengan kirinya mengembalikan Pria pada realita.
"Mas, mau makan atau ke stand?", wanita yang merupakan istrinya itu bertanya sambil melihat ke seluruh penjuru aula.
"Baso tahu aja, yuk!", Pria menarik Dwi menuju stand baso tahu. Dwi mengikuti tarikan suaminya itu.
Pria sadar, seberapa manisnya masa lalu, hal itu tetap berada masa lalu. Takdir mempertemukan Pria dengan Dwi dan membuatnya jatuh cinta, kemudian datang keyakinan untuk menjadikan Dwi sebagai teman hidup Pria hingga masa mendatang habis.
Pria tersenyum, dan menggenggam tangan kekasihnya itu dengan erat.
***
Delapan tahun sebelum acara pernikahan Rara..

Gerald mengetuk pintu kamar kakaknya dengan buru-buru.
"Kak!", teriak Gerald dari luar.
Pria membuka pintu kamarnya dan membuka headsetnya.
"Apa?", tanya Pria.
"Gua nemu ini di buku perpus, gue heran kenapa ini masih ada aja", papar Gerald.
Gerald menyerahkan sebuah buku usang dengan banyak bekas lipatan dan Pria membacanya.

Gerald meninggalkan Pria yang masih membaca. Pria melangkah memasuki kamar lagi dan membaca isi salahsatu bukunya yang dulu sempat hilang itu di kasurnya. Pria tertegun melihat salah satu lembaran dibuku itu. Ia menghela nafas panjang sebelum akhirnya menyimpan buku itu diatas meja kemudian memasang kembali headsaetnya. Ia lalu berbaring sambil memejamkan mata.
Ada sebuah tulisan yang membuat ingatan Pria terbang ke dua tahun lalu. Tulisan sesorang yang sebelum ujian nasional, orang itu menghilangkan sebuah  buku  milik Pria.

"Rara loves Pria, but Pria...?"

Rara, dimana kamu sekarang? Sekarang aku yang hampir meledak, karena ada banyak  tanya yang ingin aku tanyakan padamu, guman Pria dalam hati.

Tiba-tiba ia merindukan gadis yang terakhir ditemuinya dua tahun lalu di hari terakhir ujian nasional. Gadis yang tak ikut acara perpisahan sekolah.

~18/3/14.23.14
Dang shi eun

Rabu, Mei 28, 2014

Sinetron yang aneh

versi 1:
aisha dan rehan saling menyukai, juwita suka sama rehan, soni suka sama aisha, pashmina suka sama juna, juna suka sama aisha, rasya juga suka sama juna, wira suka sama pashmina. dinda anak aisha dan rehan di asuh sama juwita dan rehan. sedangkan juwita hamil anak soni. Pashmina sempet meninggal tapi hidup lagi.. Mama rehan dan mama nya soni berebut anaknya biar jadi mantu pak rajasa. Wat de..
versi 2:
aisha mulai saling suka sama juna. rehan mulai saling suka sama juwita. dinda meninggal, anak juwita dan soni lahir. soni suka sama pashmina, pashmina masih suka sama juna. ada pemain baru gracia indri gak tau jadi siapa, pokonya ngebet sama juna biar menguasai harta pak rajasa. pertikaian ibu2 geje juga masih berlanjut sementara pak rajasa jadi sering marah2 karena merasa gak tau apa2 tentang kenyataan. Shhhh...
versi 3:
dinda hidup lagi. juna meninggal. rehan balikan sama aisha karena permintaan dinda. soni nikah sama juwita padahal masih suka sama pashmina, pashmina mulai suka sama soni.. terus kabur sama soni karena soni jadi tersangka pembunuhan juna. assh..

come one, are there some stupid ideas for this kind of soap opera??

Actually i'm not watching, my sisters doing, just listen from ma room

Noona

Dike merangkul leherku.
"Lu memang paliiiing cantik!", gayanya sok imut itu membuatku tak tahan.
Aku tersenyum, bahagia juga. Tapi aku juga bingung harus berekspresi seperti apa lagi. Tapi yang jelas, saat ini hatiku berbunga.
***
Gue dapet A! :)
Aku tersenyum membaca pesan singkat Dike.
Yaeyalah, pake referesi gue gituloh! ;)
Begitu aku membalas pesan singkatnya.
Dike. Ah, anak itu lahir satu tahun kurang tiga hari setelahku lahir, tapi sekarang dia duduk dua tingkat dibawahku di kampus. Dike memang terlambat masuk SD, dan aku lebih cepat.
"Duuh.. Senyum-senyum aja nih sambil lihat hp", Acha datang mengagetkanku.
"Aku habis baca artikel lucu", aku mengelak dan dengan cepat mengalihkan task dari pesan ke browser. Aku sudah paham sekali Acha sangat kepo.
"Lihaat..", Acha bersemangat merebut ponsel dari tanganku.
Sudahku duga.
***
Aku lihat Jesica dibonceng Dike. Jesica melihatku dan melambaikan tangannya sambil tersenyum. Aku membalas senyuman dan lambaian tangan Jesica. Argh, kenapa aku merasa tak jelas.
Marah, kesal, kecewa?
Dike punya hak. Dike sudah dewasa. Aku tidak bisa lagi menjadi kakak yang melindungi adik kecilnya. Cemburu? Mungkin saja, tapi sebagai kakak.
***
3 tahun lalu.
Aku berjalan sendirian di lorong sekolah. Kesendirian itu memang menyenangkan. Aku bisa menikmati irama hentakan kakiku. Aku bisa menikmati angin-angin yang menerpaku. Aku  sangat menikmati arus kehidupan saat ini. Aku melangkah entah kemana sesuka hatiku.
Namun tiba-tiba, tidak tahu mana yang terjadi lebih dulu, ada suara teriakan yang memanggil namaku, suara desing yang memekakan telinga, dan seseorang menimpaku, lebih tepatnya memeluk kepalaku hingga membuatku jongkok. Setelah itu terdengar bunyi sesuatu yang pecah, dan aku melihat beberapa pecahannya jatuh ke lantai dekat kakiku. Aku sangat kaget!
"Lu gak apa-apa, Dar?", suara yang tebal itu terdengar tidak asing.
Aku memfokuskan pandanganku pada sosok laki-laki yang kini ada dihadapanku sambil mengibaskan rambutku untuk membersihkan pecahann kaca. Ia kini menepuk2 bahu dan punggungku.
"Dike?! Kenapa ini?!", aku meminta penjelasan pada orang yang tadi baru saja, aku pikir dia sudah, menyelamatkanku.
"Spinner kipas di kelas ini hampir kena kepala lu. Tuh liat", Dike menunjukan spinner kipas yang  tergeletak rusak dipinggir lapangan.
Aku masih tak mengerti dengan penjelasannya. Aku terus mengorek informasi bagaimana dia bisa menolongku secepat itu.
Saat Dike hendak menjelaskan, guru-guru yang masih ada di sekolah datang sambil berlari menuju arahku. Murid-murid lain yang masih latihan ekskul juga menghampiri kami.
Kali ini giliran Dike yang terlihat syok dihujani berbagai pertanyaan. Tapi aku juga tak mengerti, saat beberapa guru dan murid bertanya padaku. Akhirnya dengan sisa kesadaranku aku berkata, "Pak, kami masih syok. Boleh kami bersihkan diri dan duduk terlebih dulu?".
Akhirnya para penanya itu menyadari sesuatu. Kami berantakan dengan pecahan kaca bertaburan ditubuh kami. Mereka kemudian membantu membersihkan pecahan kaca di tubuh kami, dan kami kemudian digiring ke UKS.
Saat berjalan ke UKS aku menyadari banyak hal.
***
Aku tersenyum saat mengingat kejadian saat pulang pemantapan di SMA. Saat itu, aku duduk di kelas XII dan Dike duduk di kelas X. Cerita sebenarnya adalah, munurut penuturan Dike, Dike hendak menuju mesjid. Dan melihat aku melangkah gontai. Tapi ia juga melihat spiner kipas angin di kelas seperti akan lepas. Tadinya sambil berlari Dike hendak masuk ke kelas untuk mematikan kipas, tapi Dike memperkirakan bahwa sepertinya waktunya tidak akan cukup untuk mematikan kipas yang controlernya jauh di pojok belakang kelas. Akhirnya Dike memutuskan membuat aku menunduk dengan resiko ia juga terluka.
Waw, aku pikir aksi itu heroik sekali. Dike jadi lebih dikenal setelah menolongku. Seperti yang aku katakan sebelumnya, sejak itu juga aku menyadari banyak hal.
Kini Dike semakin tumbuh besar, badannya semakin tinggi melebihiku, badannya juga semakin kekar, suaranya semakin tebal, dan dia semakin... tampan.
***
Aku melihat Jesica berjalan menghampiriku yang duduk sendirian di kantin menunggunya karena dia meng-sms ku yang meminta aku bertemu dengannya. Aku tersenyum dan menyapanya.
"Jangan kusut gitu dong muka cantiknya..", hiburku saat Jesica sudah duduk dikursi disampingku.
"Kak.. Dike nolak aku doong! Mau dimana ditaro harga diri aku!", Jesica merajuk sambil menarik-narik lenganku.
"Kamu yang nembak?", aku terkejut dengan kenekatan Jesica.
"Huaa..", tangis Jesica semakin merajuk.
Aku tercengang. Banyak pertanyaan muncul di benakku. Tapi anehnya aku merasa sedikit lega.
***
"Lu bego, Ke! Cewek kece gitu ditolak!", aku menegur Dike suatu ketika saat Dike main ke rumahku.
"Yang kece banyak..", Dike santai mengunyah kacang dari toples yang dikuasainya dalam pelukannya sekarang.
"Ya terus mau yang gimana?", aku sebetulnya mengajukan pertanyaan ini dengan sedikit kepo.
"Yang... Em...", Dike sok berpikir serius.
"Yang dewasa deh!", tambahnya tiba-tiba, sambil tetap mengunyah kacang
Degh! Aku kenapa jadi berdebar gini ya? Ah.. Jangan sampai aku jadi salah tingkah.
"Banyak kan temen-temen lu yang dewasa?", aku tanpa sadar berceletuk sesuai dorongan hatiku.
"Tapi, yang klik susah. Eh, udah siih. Ngapain ngomongin itu. Tantee.. Ada makanan lagi gaa?", Dike langsung ngeloyor pergi ke belakang sambil memanggil ibuku, meninggalkan aku yang mematung. Untung saja Dike sudah pergi. Aku sekarang benar-benar berdebar.
***

#Dike's side#
Sambil memanggil Tante Devi, Ibu Dara, aku sebenarnya menghindari pertanyaan Dara lebih jauh. Aku takut keceplosan. Untung kacang sudah habis, jadi aku bisa menghilangkan alibi.
Ah, andai kau tahu Dara.
***

Cerpen jadul lama, baru di post
Sudah hampir setengah tahun lalu

Senin, April 28, 2014

Rindu Cinta

Mereka bilang cinta itu bahagia
Dia membawa senyum
Tapi kulihat ia juga pergi meninggalkan luka

Seribu malam
Aku berteman dengan sunyi
Tak pernah ku dengar angin membisikan tentang cinta
Ataupun bintang malam yang mengguguskan seperti apa itu cinta

Jiwa-jiwa yang ramai bersama deru langkah mereka
Ah, ku lihat cinta mereka tak menarik
Hanya kata dan laku yang mereka buktikan

Hai, siapapun itu cinta
Aku menanti
Jika ia jiwa, rasukilah
Jika ia rasa, damaikanlah
Jika ia apapun yang belum ku indrai, anugrahkanlah aku indra lain,
agar aku meyakininya
agar ku tau berterimakasih..

Malam, hari 28 bulan empat
Akankah masih ku simpan dia setelah empat tahun?

Rabu, April 02, 2014

Rembulan

Serabut cahaya kuning kulihat remang-remang diufuk timur
Membawaku ke sebuah dunia yang terasa tak asing
Menyusuri berkas-berkasnya yang merambat ke arahku
Melompati titik titik cahaya kecil yang membekas dihati

Ah andai sirius tak sejauh itu

Titik titik cahaya kini telah tumpah di lembah kehidupan
Menggaburkan berkas keindahan alami mata cahaya
Tak pikirkah aku bahwa ini berlebihan?
Ayo tengok zenith mu sesaat

Pastel yang kupunya bisa kugunakan untuk lukiskan rinduku yang hanya terpenuhi sekali, selamanya
Sempatku kira inilah akhir segalanya
Sempat ku kira ini adalah istimewa

Serabut kuning itu masih menyisakan rasa
Ku kira ia tak pernah malu-malu seperti itu

21 maret 14, di puncak rumah..

Senin, Februari 17, 2014

Travel-nista Garut (verylatepost)

Hei blog! It was so looong time i don't post something here.
Lately i'm doing KaKaeN in Garut!
God, it's so hectic month!
Gimana enggak coba. Udah bulan januari itu adalah bulan uas di kampus, bulan dimana diriku harus sidang seminar sekripswit dan fixasi proposalnya. It is so triple WOW!
Sebetulnya proposal sekripswit ini cukup mengalihkan duniaku. Ya.. Itu karena setiap saya kepikiran mau nulis fiksi, selalu mikir.. 'kenapa gak nulis proposal aja? Deadline tanggal 9 looh..'. Yup! Tanggal SEMBILAN! Besok broh, sist! Dan besok pagi juga ada uas pedologi. Heem. Dan saat ini si sayah masih traveling di bayongbong, garut. Gilak, ngapain kan gue traveling di hectic moment gini?!
Well, ada fakta yang harus saya jabarkan terlebih dulu sebelum cerita ini bisa dipahami lebih lanjut..
Pertama, sebetulnya deadline proposal itu tanggal 10, tapi berhubung si saya lagi KKN di Samarang, Garut, dan tanggal 9 uas, ya udah mending sekalian aje, ya gak? Ada fakta tambahan yang memperkuat saya ngumpulin proposal besup. Karena.. Tadi jam 9.52 pagi saya baru cek hp, dan heboh banget di grup chat geng seminar perkembangan kalau judul harus fix hari ini jam 10.00 dan tadi itu masih di Somong, Cintakarya, Samarang. Wow bingits kan? Akhirnya fix-in judul dan gak akan ngerubah hasil terakhir bimbingan. Padahal tadinya mau nambah variabel dan ganti metoda,dll. Eem.. Yo wis, karena udah fix gabisa diganti jadi.. Ya sudah.. Ga bisa dirubah lagi. Besok aja dikumpulnya.
Fakta kedua, saya tadi baru banget implementasi pepatah 'Malu bertanya sesat dijalan'. Jadi saya ceritanya mau pulang ke Bandung, tapi karena gak nanya ke abang kernet dan penumpang lain, jadilah saya terbawa sampai Simpang, Bayongbong. Untung aja ga kebawa ke cikajang :'( Fix karena malu dan ngerasa alien, takut ditipu, dsbg. Akhirya memutuskan untuk turun di sebuah tempat yang random dan ada di google maps. Thanks google maps :) Thanks smartphone, thanks batere, and the biggest, thanks Allah.. Alhamdulillah..
Oya pengen nulis aja sih biar ga lupa. Tadinya saya mau pulang ke Majalaya, tapi karena hujan, diposko KKN cuma ada tian, yudha, dan hevi, wess, kasian mereka akan ujan-ujanan cuma karena nganterin saya. Jadilah fix. Saya nyoba ngebolang sendiri via garut kota.
Dan jadilah sekarang saya ada di random tempat, gak tau dimana deh ini. Tapi udah berhasil naik elf menuju leuwi panjang. Okay. Alhamdulillah. Semoga sampai ditempat tujuan dengan selamat. Sebenarnya tadinya saya mau pulang ke majalaya karena dekat, tapi karena via kota, jadi memutuskan mau ke sarijadi aja via lw.panjang. Bapa juga sarannya begitu. Tapi saya belum memutuskan pulang kemana ini teh. Tapi keknya mau ke sarijadi aja. Tapi liat ntar deh. :)

Pelajarannya dari cerita ini:
1. Harus managemen dan disiplim waktu dengan baik karena kalau satu skejul kacau, semua akan kacau.
2. Komunikasi, dan konsekwen dengan teman.
3. Jangan malu bertanya, nanti sesat dijalan kayak saya loh!
4. Kalau mau travelista di garut, udh kebayabg rutenya :)

Semoga bermanfaat :)
Randomplace, everlastingfriend, jalur garut-bandung.
15.53-16.35
Daily live report, hari kedelapan dibulan satu, tahun duaribu lebih empat belastahun.