Sabtu, Juni 14, 2014

Terjebak Nostalgia

Pria melihat gadis yang duduk di pojok kelas. Gadis itu ternyata sedang menatapnya juga. Pria buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain. Berdebar. Orang-orang bilang gadis itu sangat membenci Pria. Perasaan Pria jadi tak menentu setelah mendengar kabar itu. Gundah.
***
Sudah seminggu Rara tak masuk. Ibu Yuyun, walikelas Pria mengabarkan bahwa Rara tifus. Pria dan beberapa perangkat kelas lainnya ditugaskan menjenguk Pria. Perasaan Pria tak tentu, yang jelas sejak ditugaskan tadi, jatung Pria seakan berdebar kencang.
Saat di depan pintu kamar rawat Rara, Pria mengetuk pintu, "Permisi..".
Ada suara pintu dibuka, dan terlihat wajah yang tak asing tersenyum ketika melihat Pria dan rombongan.
Bu Erni, guru kesenian mereka, ibunda Rara, yang membukakan pintu.
Setelah dipersilahkan masuk, anak-anak berseragam putih biru itu melangkah masuk. Pria masuk paling terakhir. Wajah Pria memerah saat matanya bertemu dengan sosok yang terbaring di ranjang. Wajah gadis yang terbaring juga memerah. Mereka langsung saling membuang pandangan.
***
Pria tersenyum geli. Sekarang ia sedang dalam antrian undangan yang hendak memberikan selamat pada pengantin di pelaminan.
"Cantik", gumam Pria dalam hati, ada sebuah perasaan aneh dalam hatinya saat melihat ratu pesta hari ini.
Gadis yang menjadi ratu di pelaminan itu adalah Rara, cinta pertamanya. Cinta pertama yang tak pernah tersampaikan.
Dwi memeluk gadis cantik itu, memberikan selamat pada Rara. Pria hanya mampu menyalaminya, memberikan senyum dan selamat. Rara membalasnya dengan respon serupa. Rasanya ada sesuatu yang menahaannya untuk ingin tetap berada di posisi itu, tapi Pria tetap melangkah juga karena antrean di belakangnya masih panjang.
Selesai bersalaman dengan orangtua mempelai, Pria dan Dwi menuruni undakan pelaminan. Pria berpikir sesuatu, tapi tangan Dwi yang kemudian menggantungi di lengan kirinya mengembalikan Pria pada realita.
"Mas, mau makan atau ke stand?", wanita yang merupakan istrinya itu bertanya sambil melihat ke seluruh penjuru aula.
"Baso tahu aja, yuk!", Pria menarik Dwi menuju stand baso tahu. Dwi mengikuti tarikan suaminya itu.
Pria sadar, seberapa manisnya masa lalu, hal itu tetap berada masa lalu. Takdir mempertemukan Pria dengan Dwi dan membuatnya jatuh cinta, kemudian datang keyakinan untuk menjadikan Dwi sebagai teman hidup Pria hingga masa mendatang habis.
Pria tersenyum, dan menggenggam tangan kekasihnya itu dengan erat.
***
Delapan tahun sebelum acara pernikahan Rara..

Gerald mengetuk pintu kamar kakaknya dengan buru-buru.
"Kak!", teriak Gerald dari luar.
Pria membuka pintu kamarnya dan membuka headsetnya.
"Apa?", tanya Pria.
"Gua nemu ini di buku perpus, gue heran kenapa ini masih ada aja", papar Gerald.
Gerald menyerahkan sebuah buku usang dengan banyak bekas lipatan dan Pria membacanya.

Gerald meninggalkan Pria yang masih membaca. Pria melangkah memasuki kamar lagi dan membaca isi salahsatu bukunya yang dulu sempat hilang itu di kasurnya. Pria tertegun melihat salah satu lembaran dibuku itu. Ia menghela nafas panjang sebelum akhirnya menyimpan buku itu diatas meja kemudian memasang kembali headsaetnya. Ia lalu berbaring sambil memejamkan mata.
Ada sebuah tulisan yang membuat ingatan Pria terbang ke dua tahun lalu. Tulisan sesorang yang sebelum ujian nasional, orang itu menghilangkan sebuah  buku  milik Pria.

"Rara loves Pria, but Pria...?"

Rara, dimana kamu sekarang? Sekarang aku yang hampir meledak, karena ada banyak  tanya yang ingin aku tanyakan padamu, guman Pria dalam hati.

Tiba-tiba ia merindukan gadis yang terakhir ditemuinya dua tahun lalu di hari terakhir ujian nasional. Gadis yang tak ikut acara perpisahan sekolah.

~18/3/14.23.14
Dang shi eun

2 komentar:

  1. sebenernya sy sih ga ngerti sastra. cuma penghayatannya kerasa.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan sastra murni juga kang. Hanya sedikit prosa :D
      Penghayatan dr tulisan atau dari yang baca? Hehe

      Hapus