Alhamdulillah, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Ada sebuah hadits yang sering tersebar di kalangan orang awam sebagai
motivasi untuk berbisnis atau menjadi pedagang. Namun, disayangkan
hadits ini belum diletiti akan keshahihannya. Walaupun mungkin makna
perkataan tersebut benar dan sah-sah saja. Akan tetapi, sangat tidak
tepat jika kita menyandarkan suatu perkataan pada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal beliau tidak pernah mengatakannya. Karena, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri bersabda,
مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“
Barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka silakan ia mengambil tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari, no. 1291 dan Muslim, no. 3).
Hadits yang kami maksudkan di atas adalah hadits berikut ini,
تِسْعَةُ أَعْشَارِ الرِزْقِ فِي التِّجَارَةِ
"
Sembilan dari sepuluh pintu rezeki ada dalam perdagangan."
Sekarang kita akan meneliti shahih ataukah tidak hadits tersebut.
Perkataan Para Ulama Pakar Hadits
Dalam
Al-Istidzkar (8/196), Al-Hafizh Ibnu ‘Abdil Barr mengisyaratkan bahwa hadits ini
dha’if (lemah, ed.).
Dalam
Al-Mughni ‘an Hamlil Asfar, Al-Hafizh Al-‘Iraqi pada hadits no. 1576 membawakan hadits,
عليكم بالتجارة فإن فيها تسعة أعشار الرزقة
“
Hendaklah kalian berdagang karena berdagang merupakan sembilan dari sepuluh pintu rezeki.”
Diriwayatkan oleh Ibrahim Al-Harbi dalam
Gharib Al-Hadits dari hadits Nu’aim bin ‘Abdirrahman,
تِسْعَةُ أَعْشَارِ الرِزْقِ فِي التِّجَارَةِ
"
Sembilan dari sepuluh pintu rezeki ada dalam perdagangan.".Para perawinya
tsiqah (kredibel).
Nu'aim di sini dikatakan oleh Ibnu Mandah bahwa dia hidup di zaman
sahabat, namun itu tidaklah benar. Abu Hatim Ar-Razi dan Ibnu Hibban
mengatakan bahwa hadits ini memiliki
taabi' (penguat), sehingga haditsnya dapat dikatakan
mursal [Hadits
mursal adalah hadits yang dikatakan oleh seorang
tabi’in langsung dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa menyebut sahabat. Hadits
mursal adalah di antara hadits
dha’if yang sifat sanadnya terputus (
munqothi’)].
Dalam
Dha’if Al-Jaami’ no. 2434, terdapat hadits di atas.
Takrij dari Suyuthi: Dari Nu’aim bin ‘Abdirrahman Al-Azdi dan Yahya bin Jabir Ath-Tha’i, diriwayatkan secara
mursal. Syaikh Al-Albani berkomentar hadits tersebut
dha’if.
Hadits tersebut dikeluarkan pula oleh Ibnu Abid Dunya dalam Ishlah Al-Maal (hal. 73), dari Nu’aim bin ‘Abdirrahman.[1]
Conclusion: Hadits tersebut adalah
dha’if sehingga
tidak bisa disandarkan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, walaupun maknanya mungkin saja benar.
Wallahu a’lam bish shawab.
Penjelasan Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdirrahman Al-Jibrin
Beliau ditanya, “Apakah hadits ini shahih, yaitu ‘perdagangan adalah
sembilan dari sepuluh pintu rezeki’ sebagaimana yang selama ini sering
kami dengar?”
Syaikh
rahimahullah menjawab, “Aku tidak mendapati hadits tersebut dalam kitab-kitab hadits seperti
Jaami’ Al-Ushul, Majma’ Az-Zawaid, At-Targhib wa At-Tarhib dan semacamnya. Abu ‘Abdillah Muhammad bin ‘Abdirrahman Al-Washabi menyebutkan dalam kitabnya
Al-Barakah fis Sa’yil Harakah halaman 193, beliau menegaskan bahwa hadits tersebut
marfu’ (sampai pada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam). Beliau juga menyebutkan beberapa hadits
dha’if, namun beliau tidak melakukan
takhrij terhadapnya. Sebenarnya hadits tersebut tidak diriwayatkan dalam kitab shahih, kitab
sunan, maupun
musnad yang masyhur. Yang nampak jelas, hadits tersebut adalah hadits
dha’if. Mungkin saja hadits tersebut
mauquf (sampai pada sahabat),
maqthu’
(hanya sampai pada tabi’in) atau hanya perkataan para ahli hikmah.
Perkataan tersebut boleh jadi adalah perkataan sebagian orang mengenai
keuntungan dari seseorang yang mencari nafkah lewat perdagangan.
Sebenarnya, telah terdapat beberapa hadits dalam masalah berdagang
yang menyebutkan keutamaanya dan juga menyebutkan bagaimana adab-adabnya
sebagaimana disebutkan dalam kitab
At-Targhib wa At-Tarhib, yang disusun oleh Al-Mundziri, juga dalam kitab lainnya. Di antara hadits yang memotivasi untuk berdagang adalah sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ
مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى
بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَذَبَا وَكَتَمَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
“
Orang yang bertransaksi jual beli masing-masing memilki hak
khiyar (membatalkan atau melanjutkan transaksi) selama keduanya belum
berpisah. Jika keduanya jujur dan terbuka, maka keduanya akan
mendapatkan keberkahan dalam jual beli, tapi jika keduanya berdusta dan
tidak terbuka, maka keberkahan jual beli antara keduanya akan hilang,” (
Muttafaqun ‘alaih)[2]
Juga pada hadits,
أَطْيَبُ الْكَسْبِ عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ
“
Sebaik-baik pekerjaan adalah pekerjaan seorang pria dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur.” (HR. Ahmad, Al-Bazzar, Ath-Thabrani dan selainnya, dari Ibnu ‘Umar, Rafi’ bin Khudaij, Abu Burdah bin Niyar dan selainnya).
Wallahu a’lam.[3]
Untuk motivasi dalam berbisnis atau berdagang lainnya, silakan simak
artikel rumaysho.com:
http://rumaysho.com/hukum-islam/muamalah/3055-meraih-berkah-menjadi-pebisnis-muda.html.
Semoga sajian ini bermanfaat.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush shalihaat.
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Prepared at night after dinner, in Riyadh-KSA, 1 Muharram 1432 (06/12/2010)
By Muhammad Abduh Tuasikal (Penasihat Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia)
Artikel
www.pengusahaMuslim.com
Catatan kaki:
[1] Pelajaran di atas kami cuplik dari http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=27340
[2] HR. Bukhari no. 2079 dan Muslim no. 1532
[3] Dicuplik dari http://ibn-jebreen.com/book.php?cat=6&book=50&toc=2304&page=2139&subid=24476
artikel ini merupakan artikel copas dari link http://pengusahamuslim.com/9-dari-10-pintu-rezeki-di-perdagangan dengan tujuan untuk berbagi ilmu. Semoga barokah dan manfaat ^^