Aku tertegun melihat sesosok laki-laki berseragam SMA yang duduk dihadapanku.
Berbagai jenis orang pernah duduk dihadapanku dalam kondisi ini. Posisi duduk komuter line memang memungkinkan orang-orang duduk berhadapan, sehingga sudah menjadi hal yang biasa bila kita berhadapan dengan orang yang kita kenal maupun orang yang tidak kita kenal. Mungkin sudah ratusan orang, mungkin juga beberapa puluh diantaranya laki-laki pelajar yang sebaya denganku , tapi kali ini rasanya berbeda. Tiba-tiba aku merasa sulit bernafas, karena laki-laki itu memandangku juga.
Oh Tuhan!
Aku mengerlingkan mataku dengan segera pada arah lain. Mungkin jika kalian lihat wajahku akan terlihat memerah, karena saat ini aku merasakan wajahku mendadak terasa panas. Aku menunduk dan semakin mengatupkan mulutku. Rasanya aneh, perutku seperti tiba-tiba keroncongan tapi tidak lapar. Aneh sekali.
Aku merasa laki-laki itu sekarang sedang melihatku dan tersenyum, padahal aku tak melihatnya karena aku merasa ingin selalu menunduk. Ada sedikit keinginanku untuk mencuri pandang lagi, tapi gagal karena dia juga ternyata sedang melihat kearahku sehingga aku kembali mengalihkan pandangan ke arah lain, dan aku berusaha keras untuk terlihat natural.
Aku menahan diri untuk tidak melihat kearah laki-laki itu. Aku merasa waktu berjalan sangaaaat lambat ketika aku melihat keluar kereta. Oh, Tuhan, ini masih setengah perjalanan. Ada sedikit perasaan aku ingin segera keluar dari kereta karena aku sangat merasa gugup sekarang. Tapi aku juga masih ingin memastikan apa yang terjadi denganku saat ini, terutama saat melihat laki-laki itu. Rasanya aneh, seluruh organ fisikku jadi bereaksi bersamaan seperti ini. Tidak seperti biasanya. Aku memegang pipiku, masih terasa panas. Apa mungkin aku sakit? Tapi kenapa begitu tiba-tiba.
Aku mencoba mencuri pandang pada laki-laki itu. Dia sedang melihat kearah lain. Aku melihat rambutnya yang ikal keriting dan berwarna agak pirang kecoklatan. Hem.. Apakah dia mengecat rambutnya? Tapi tunggu, dari pakaiannya, dia seoperti bersekolah di sekolah negeri, tapi kenapa dia bisa berambut gondrong keriting dan pirang seperti itu ya? Kulitnya juga putih. Aih, aku jadi minder, karena aku saja yang perempuan tidak memiliki kulit yang bersih dan putih seperti dia. Matanya besar, sedikit ada kesan bule. Cukup tampan. Em, tidak, mungkin sangat tampan, karena sepertinya dia cukup bisa menarik banyak perhatian gadis-gadis. Jika dia berdiri, mungkin dia akan terlihat tinggi besar. Tidak kurus seperti kebanyakan teman-temanku, badannya cukup sehat dan berisi. Aku mengira dia anak orang kaya atau keturunan bule. Em.. Dan...
Aih, dia mengalihkan lagi pandangannya padaku?! Aku segera berpura-pura mengarahkan pandangaku pada pemandangan diluar kereta di jendela dibelakang laki-laki itu. Dadaku berdebar kencang Kenapa aku harus berdebar-debar? Bukankah hal yang biasa kalau kita menandai cirikhas seseorang yang baru kita kenal? Eh, aku bahkan belum mengenal dia. Aku hanya baru menghafal wajahnya ya? Oh... Kenapa aku aneh seperti ini? Seperti berusaha menghafalkan wajah seseorang yang baru aku kenal.
Tapi dari kesan yang aku dapatkan, dia sepertinya memang keturunan orang kaya. Ah, aku makin merasa aku sangat aneh hari ini. Sejak kapan aku memandang seseorang dari status sosialnya? Lagipula siapa yang aku nilai status sosialnya? Eh, ralat, aku hanya baru menebak-nebak status sosial seseorang yang baru aku lihat kali ini saja? Dan apa pula untungnya aku menilai itu?
Aku mengalihkan perhatianku dengan mengeluarkan ponselku, tapi ternyata suara sirine palang rel sudah terdengar. Aku melihat ke luar dan ternyata memang stasiun tujuanku sudah sangat dekat. Wah, tumben perjalanan terasa sangat cepat. Eh, sebentar?! Bukankah tadi aku berharap agar bisa segera keluar dari kereta agar tidak usah berperilaku aneh seperti ini lagi? Assh.... Aku segera berdiri dan berjalan mendekati pintu kereta karena memang aku hampir sampai. Aku lihat beberapa penumpang lain juga mulai berdiri, dan aku lihat laki-laki itu juga berdiri. Dan ternyata dia memang tinggi besar. Aku pura-pura fokus ke arah lain, padahal sebenarnya aku sangat penasaran.
Tiba-tiba aku merasa dia berjalan menuju ke arahku, yang memang arah pintu keluar kereta, padahal orang-orang lain juga berjalan menuju ke arahku. Hahaha.. Aku rasanya ingin menahan tawa karena kekonyolanku hari ini. Ini pertama kalinya puas sekali karena aku merasa geer. Aku merasakan sejuk. Laki-laki itu ternyata sekarang berdiri di posisi arah jam 4. Aku merasa berdebar. Ingin melakukan sesuatu tapi aku ragu. Ah. Ternyata dia turun disini juga.
Aku turun dari kereta terlebih dulu. Aku terus berjalan sambil melihat kearah depan, padahal sebenarnya aku ingin melihat laki-laki itu lagi. Dari sekian banyak orang yang ada disana dan melewatiku, tapi aku sangat merasakan saat laki-laki itu berjalan cepat menyusulku, mendahuluiku, dan meninggalkan aku yang masih menatap ransel di punggungnya.
Hey, Boy, this is my first time have a crush like this.
Will we meet again?
Lemee bet with the fate.
Hey, Boy, this is my first time have a crush like this.
Will we meet again?
Lemee bet with the fate.