Kamis, November 07, 2013

tentang janji yang abstrak namun pasti

Tidak pernah ada kata menyesal untuk seorang pecinta sejati
Karena ia selalu ada dalam desir angin dan siraman air
Karena ia selalu setia meski waktu telah terkikis
Karena harapan yang selalu bertumbuh di hati para pecinta
Karena mereka percaya, bahwa cinta tertakdir untuk mereka....

"Kenapa perjuangan itu pahit? Karena syurga jauh lebih manis . . . ."

Janji. Karena janji adalah sumber harapan bagi siapa saja yang mau memegangnya. Janji itu seperti sebuah tongkat yang mampu menggapai keinginan. Ia bisa terlihat jauh, namun ternyata dekat. Saat janji itu rusak, ia hanya menjadi sebuah kayu bakar, habis bersama api. Akankah kita mempercayai sebuah janji?

Janji dan percaya merupakan satu paket dalam hubungan. Jika kita berjanji, maka hal tersebut akan menjadi janji ketika ada yang mempercayainya. Bagaimana mempercayai sebuah janji? Akal dan hati, itulah hal-hal yang membuat manusia menjadi istimewa. Bukankah sungguh indah?
Janji yang terlihat abstrak dan memerlukan proses dalam penepatannya, bisa saja banyak dianggap sebagai isapan jempol. Tapi bagaimana ia bisa dipercaya?
Harapan adalah jawaban. Harapan merupakan hasil dari proses kognitif akibat perasaan ketidaksempurnaan atau merasa kurang. Kenapa butuh harapan? Karena harapan membuat individu memiliki pandangan mengenai apa yang akan atau ingin ia capai sehingga memunculkan rasa keinginan yang lebih besar dalam mewujudkannya.
Lalu bagaimana dengan janji-janji yang 'terlihat abstrak' dan belum terlihat oleh mata langsung dapat dipercaya. Sekali lagi, manusia memiliki hati dan akal. Apapun atau siapapun yang memberikan kepastian atapun rasionalisasi yang masuk akal dan harapan yang sesuai kebutuhan dan keinginan serta terlihat rasional.

Ah, Cinta itu memiliki ekor, biar saja ia yang mengikuti iuntuk dicintai.
jangan lupa berbagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar