Maaf, setelah baca lagi tulisan terakhir di bulan januari kemarin, sebelum ini, ternyata memang saya merasa tulisan itu agak sarkas mungkin.
Jika ingin memahami seseorang, kita harus melihat dari kacamatanya.
Baca sedikit tentang reasoning bikin nalar agak terbuka sama proses kognitif seseorang dalam mengambil keputusan. Ada motif dibalik seseorang mengambil keputusan dan melakukan sebuah perilaku. Penalaran itu aspek yang tidak bisa dihubungkan dengan religiusitas, mungkin kalau spiritualitas bisa keles yes?
Ini makanya kemarin saya mentok di kerangka pemikiran skripsi. Memaksakan menguji hubungan variabel yang tidak ada hubungannya. Mau mengakui dan mengganti judul? Harus sidang seminar lagi dong. Jadi? Saya jalanin aja dulu.
Kata mamah, saya harus mengerjakannya dengan hati. Kenapa saya harus membuktikan religiusitas tidak ada hubungannya dengan penalaran moral dan perilaku mencontek. Ini kan bagian dari curhat juga, harusnya saya bisa lebih menghayati fenomena yang ada, bukan terpaku pada sudut pandang satu sisi aja.
Saya memang harus lebih membuka hati dan mata. Terlalu picik kalau saya hanya melihatnya dari satu sudut pandang saja. Bukannya manusia itu diciptakan dengan akal dan kecerdasanya?
Wallahualambisshawab..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar