Rabu, November 11, 2009

MENUNGGU

MENUNGGU

Oleh Fitria Nurmartina (12 IPA 4)

Jam menunjukan pukul 13.08 di jam tangan digitalku. Jamnya sesuai dengan stasiun. Sebetulnya dulu aku melebihkannya selam 30 menit. Hahaha. Teman-temanku protes, karena aku selalu terlambat. Jadi aku melebihkan jam tanganku dari jam yang sesungguhnya. Tapi ternyata itu tak berpengaruh banyak. Dan pada LDKS kemarin aku menyamakan lagi dengan orang-orang.

Aku sudah hampir 1 jam disini, 40 menit mungkin. Menunggu temanku, sahabat penaku waktu SD. Dia dari Tanggerang. Dia bilang akan naik kereta Argo Parahyangan dari Jakarta. Aku kurang tahu jam berapa dia sampai. Sengaja tak aku tanyakan karena aku sudah lama tak bersilaturahmi ke stasiun.
Stasiun memang tempat favoriteku. Banyak hal yang aku dapatkan disana. Termasuk foto-foto yang mengantarkanku menjadi juara 2 lomba fotografi amatir. Selain itu aku juga bisa mengamati tingkah laku orang-orang yang banyak menjadi pembelajaran bagiku.
HP ku bergetar, dan ternyata ada pesan masuk. Hmmm, Rani.
Aku masih di Cianjur. Sabar ya say..
Berarti bisa kurang dari 1 jam lagi. Lumayan. Hitung-hitung mengobati kerinduanku nangkring di stasiun.
Aku cari objek pengamatan. Yang menarik, sebetulnya banyak. Ada bapak-bapak yang tertidur, ada yang membawa karung besar, ada yang terlihat pasrah menunggu, ada anak sma yang sedang mengunyah makanan, ada ibu dengan memboyong 3 anak kecil yang terlihat sulit diatur. Ah, andai aku membawa kamera digitalku. Objek yang indah. Hahaha..
Sepertinya kebanyakan diantara mereka adalah calon penumpang kereta lokal, jurusan Cikudapateuh-Kiara Condong-Gede Bage- Cimekar- Rancaekek- Haurpugur- Cicalengka.
Aku mengamati lagi sekitar, ada mbak-mbak, terlihat seperti mahasiswa gaul. Dandanannya modis. Cantik. Tapi menguap besar tanpa menutup mulutnya. Aku segera menutup mulutku. Berusaha menahan senyum. Lucu rasanya.
Aku melanjutkan mengamati sekeliling dan melihat seseorang yang untuk sementara aku duga dia adalah copet. Entah kenapa, aku merasa demikian. Tapi perasaanku berkata seperti itu. Sudahlah.
Lamunanku sekarang terbang. Hmm, kalau ada copet cakep dan baik hati serta mencopet karena terpaksa, lalu melihatku dan berniat tobat dan berhenti mencopet. Hahaha.. Aku rasa lamunanku sudah setingkat film-film pendek dilayar kaca.
Aku berusaha merubah konsentrasiku dari pikiran tadi. Aneh-aneh saja. Sepertinya aku terlalu banyak menonton televisi. Jadi pikiranku tak jauh berbeda. Sudahlah, itu tak penting.
Akupun menyalakan mp3 dari handphoneku. Aku memilih playlist j-song. Biar tidak bete, makanya aku memilih ditemani lagu-lagu j-song, terutama Yui. Permainan gitar dan tehnik benyanyinya luar bisa. Padahal dia seorang perempuan, namun piawai bermain gitar. Membuatku iri.
Aku mengecek kembali jam, ternyata baru 1 jam aku menunggu disini. Lumayan bosan juga. Aku melanjutkan melihat sekeliling. Mencari sebuah fenomena yang bagus untuk diamati. Biasa, sebagai bahan pembicaraan dengan teman-teman juga.
Ada yang cukup menarik perhatianku, segerombolan anak SMA. Banyak sekali di gerombolan itu. Ada laki-laki, ada perempuan. Dari gaya pakaiannya, sepertinya mereka anak-anak dari keluarga berada. Gaya bicara dan gaya berjalannya pun mencerminkan hal yang sama. Beberapa diantara mereka memperlihatkan gadget yang mereka miliki. Bagiku yang tak punya gadget macam itu, kesannya seperti pamer. Jadi ingin juga memiliki gadget seperti itu. Tapi sepertinya harus berusaha keras menabung agar bisa beli gadget tanpa merepotkan orangtua.
Hmm, kelompok homogen, batinku. Yah, aku kira mereka berasal dari latar belakang, dan tingkat akademis yang sama. Melihat gerak-gerik mereka yang hampir semua sama.
Wah, aku menjadi pengamat seperti ini. Aku jadi berfikir, apa aku ini calon detektif yang baik? Atau malah calon biang gosip yang baik? Hahaha. Aku ingin tersenyum memikirkan hal itu. Tapi aku coba tahan, karena aku hanya sendiri disitu. Gawat sekali kalau ada orang lain yang menyadari gerek-gerik anehku.
Aku melihat sekeliling lagi. Hmm, sebetulnya banyak objek yang bisa aku amati lagi. Tapi, aku pikir, sebaiknya aku tidak teralu mengamati orang lain. Menyebalkan sekali jika menyadari ada orang yang mengamati kita, dan menandai aktifitas aneh kita.
Kereta argo Parahyangan pun belum datang. Berarti Rani belum datang. Dan aku tak tahu berapa lama lagi kereta itu datang, dan berapa lama lagi aku harus menunggu. Aku rasanya sudah mulai bosan. Aku baru sadar, ternyata menunggu itu memang pekerjaan yang membosankan.
Aku keluarkan HP ku dan mulai membuka aplikasi Opera Mini. Biasa, buka facebook. Tapi ternyata, tidak ada notification di facebook ku. Jadi tak ada yang perlu aku lakukan dengn facebook.
Lalu aku coba buka aku twitter ku, dan meng-update statusku.
Nunggu Rani. Bosen juga yah.. Ngapain dong selain liatin orang?
Posting, selesai. Dan tak ada lagi yang bisa dilakukan di twitter selain update status dan reply tweet orang. Tapi kali ini aku sedang malas. Jadi aku tutup kembali aplikasi Opera Mini tersebut, dan menyimpan kembali HP ku pada tempatnya.
Aku mulai mengalami fase kegaringan dalam menunggu Rani. Dan mulai melakukan hal-hal aneh. Seperti menyobek-nyobek tisyu. Kata temanku, itu pekerjaan orang autis. Hahaha. Berlebihan sekali mereka.
Tak lama aku melihat lokomotif diikuti serangkaian kereta PATAS, kereta lokal Bandung, yang datang dari arah timur, melintas di jalur 2.
Orang-orang yang merasa itu kereta yang telah ditunggunya langsung berbanjar di pinggiran jalur 2 agar bisa menaiki kereta dengan segera. Hal itu menyebabkan orang-orang berdesakan disisi jalur rel .
“Ah..! IPod ku!” terdengan teriakan perempuan. Aku mengalihkan pandangan ke arah suara itu. Rupanya itu salah satu dari gerombolan anak sma yang membawa gadget keren.
“Yah, Mut, kegiles deh...” ujar salah satu temannya. Gadis yang dipanggil Mut itu seperti termenung, melihat bangkai Ipod nya yang mungkin telah terlindas oleh kereta. Orang-orang sekitar menatap kejadian tersebut dengan pandangan menyangkan kejadian tersebut. Begitu pula aku.
Coba kalau Ipod itu diberikan padaku saja, daripada harus terlindas sia-sia di rel kereta api, gumanku dalam hati.
Gadis yang aku kira bernama Mutia atau Mutiara itu masih temenung.
“Gimana aku bilang sama ayah?”, suara si Mut sangat menggambarkan kesedihan dan kepanikan yang dalam. Teman-temannya diam.
“Bilang aja jujur Mut. Gak akan dimarahin deh kayanya..” saran salah satu teman si Mut yang bertas oranye.
“Yang sabar ya Mut...”, teman Mut yang berjilbab merangkul dan menghiburnya. Tapi Mut masih termenung, dan sepertinya mulai meneteskan airmata.
“Udah Mut.. Gak akan dimarahin ko! Ayah kamu kan baik. Kalau masih pengen minta lagi aja ama ayah kamu..” salah satu anak laki-laki yang bertubuh besar coba menghiburnya juga.
Mut, tertunduk. Diam sejenak. Dan menarik nafas dalam. Terlihat sangat sedih. Lalu berjalan, meninggalkan TKP dan naik ke dalam kereta PATAS, diikuti oleh teman-temannya. Bangkai Ipod nya dibiarkan saja.
Aku sebagai penonton dari reality drama singkat tadi turut merasakan kesedihan dari Mut. Namun aku juga tak bisa berbuat banyak. Tapi ini bisa jadi pelajaran buatku, agar selalu berhati-hati.
Sampai kereta PATAS itu kembali ke arah timur, aku masih terus memikirkan Mut. Tapi tak lama terdengar suara petugas PT.KAI dari speaker,
“Penumpang dari arah barat, dari arah barat akan segera datang kereta Parahyangan jurusan Jakarta-Bogor-sampai dengan Bandung di jalur 4.”
“Alhamdulillah..” ucapku pelan. Aku sangat bersyukur. Akhirnya Rani tiba juga. Aku segera menuju jalur 4. Untuk menyambut sahabat penaku itu. Rindu sekali rasanya.

Bandung, 26 Oktober 2009
Pukul 23:32 waktu komputer

sebetulnya cerpen ini udah agak lama saya buat. diperuntukan tugas cerpen bahasa indonesia.. hehehe... tapi kalo cuma buat tugas saya rasa sayang kalo harus jadi konsumsi pribadi saja. ya sudah saya posting saja di blog. kasih komen yah.. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar