Rabu, Desember 12, 2012

romansa : adik terindah

"De..", dengan lembut aku memanggil adikku yg sedang asik dalam obrolannya di telpon. Entah dg siapa, tp sepertinya aku bisa menebak.

Bukannya menjawab, gadis beranjak remaja itu malah memperlihatkan ekspresi tak nyaman. Aku tahu, dia tak berani melawan atau mengusirku.

"Ngobrol sama siapa malam2 gini?", aku bertanya hati-hati, tak ingin emosiku meledak saat itu juga. Padahal, aku merasa kecewa berat.

Adik ku yg aku sadari memiliki fisik begitu sempurna itu menyebutkan sebuah nama yg sudah kuduga sebelumnya, dengan gerakan bibir. Dadaku serasa bergemuruh. Marah, namun aku menahannya. Bagamana bisa? Tengah malam buta ini adikku bertelpon mesra dg lelaki yg bukan haknya menerima suara mesra dan manja adikku yg jelita!

"De.. Mbak mau ngobrol..", pintaku.

Adikku mulai menunjukan eksperesi tidak nyamannya.

"Udah malem Mbak..", adikku mulau beralasan.

"Kamu ngobrol sama dia jg kan malem2 gini?"

Adikku diam dan melanjutkan percakapannya. Aku terus menunggu dihadapannya. Namun mungkin karena tidak nyaman dan ini, akhirnya dia memutuskan telponnya, dan berjanji bsk akan menghubungi lagi lawan bicaranya itu. Aku mulai dapat mengontrol emosiku.

"Ada apa mbak?"

"Mbak cuma pengen ngobrol aja kok..", aku menyambutnya dg senyuman termanis.

Akhirnya kami larut dalam sebuah pembicaraan adik kakak hingga subuh menjelang.


Duh.. Bagaimana bikin kamu mengerti kekhawatiran ku ini toh nduk..

***


Kamu adalah adikku yg terindah meski jutaan adik yg lebih baik darimu mungkin menjadi adikku juga. Kamu membuatku bersyukur  memiliki romansa cinta dalam kehidupan, dimana aku menemukan rasa posesiv dan ambisiku agar kamu jd lebih baik dariku. Kamu adalah romansa kisah hidup, dimana aku ingin kamu selalu ada di dalamnya.

Aku memilih menjadi pecinta rahasiamu, dimana aku akan selalu ada untukmu dan membantumu memaknai kehidupanmu. I love you my litlle growing up sista. Aku harap kau selalu dalam cinta dan ridhoNya...


Published with Blogger-droid v2.0.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar