Kamis, Maret 21, 2013

selera (main analogi)

sebetulnya ini tulisan analogi. Oke, saya ingin menganlogikan suatu hal menggunakan mie. Mie instan saja. Saya termasuk penggemar gila mie. Senang sekali rasanya kalau bisa hunting atau eksplore seluruh rasa mie di duniaaaa... \(^o^)/
tapi.. Kamu juga suka kan? Segimana suka? Suka banget kayak saya, biasa aja, suka banget tapi gak gila, doyan, doyan banget, penikmat? whatever you think of your self! so, do i! jadi jangan samakan standar saya dengan standar kamu, karena bisa saja standar kita berbeda! (the first thing)

Ada sebuah rasa dari berbagai varian mie instan yang baruuu banget! Loh? apa ituu?
Yup, mie goreng cabe ijo. Banyak komentar tentang mie ini. Saya dulu yang berkomentar yaaa.. Saya awalnya agak enek mencium bau bumbu "khas" cabe ijo dari bumbu mie ini, belum lagi warna nya yang terlihat sintetis. Tapi entah ada pelet apa dari mie ini, saya ketagihan! ASLI! Setiap kali beli mie instan, yang saya cari pasti salah satunya mie varian ini. 

Kita bicara tentang komentar orang lain mengenai mie ini. Suatu hari saya bekel mie ini ke kampus. Biasa dong nawar-nawarin ke temen... Kurang lebih gini percakapannya..
"Mau?", saya nawarin.
"Eh, apa itu?", salah satu temen kasih respon. 
"Ini, mie cabe ijo.. Mau?" 
"Eh iya.. Nyobain dong.. Aku belum pernah coba.."
Langsung saya kasih lah.
"Eh, kok gini?", teman saya kasih komentar.
"Kenapa? Enek ya?"
"Emmm.. Gimana ya..", dia kasih ekspresi yang gak bisa saya deskripsikan saat ini.
"Mie ijo ya?", salah seorang temen lain nimbrung.
"Iya", jawab saya.
"Aku mah asa aneh makan itu teh, enakan mie goreng biasa, yang original.."
"Iya", temen yang nyicip juga komentar lagi, "mau ada rasa rendang, soto, rasa duit juga, enakan yang original..".
Saya senyum aja. Habis gimana lagi, gak perlu bilang wow juga kale. Legowo aja sih, kan selera orang beda-beda. Kalau saya yang demen banget eksplore rasa mie, ya asik aja banyak varian gitu. Lah, kalau orang lain yang doyannya aneka varian rasa es cingcau atau es dawet? Gak bisa disamain kan?
Selera tiap orang beda! (second thing)
Stereotype mengenai selera? Kayak iklan, "selera para bintang", "selera lelaki", dan sebagainya. Boleh. Itu kan mainstream. Yang jadi pertanyaan balik lagi ke kamu, kamu mainstream (dibaca: pasaran) enggak?

Begitu juga sama bacaan. Jarang saya nemu orang yang selera baca, film, musik dan semuanya sama banget persis sama saya. Begitu juga sama yang baca tulisan saya. Tulisan saya selera pembaca bukan. Kadang kepo sih, orang-orang yang sering saya baca tulisannya, baca tulisan saya juga gak sih? Sempet kepikiran, komen aja gitu ya? Biar di "ngeh"-i oleh orang yang saya baca. Tapi saya mikir lagi...

Kalau orang baca tulisan saya karena rasa "hutang" karena saya udah baca tulisan mereka, mereka komen karena saya komen juga (ini kalau terpaksa, kalau ikhlas gak papa. hehe). Rasanyaaa.. Gimanaaa.. gitu.
Saya lebih suka ditemukan, oleh yang mencari, ataupun yang tidak menyadari dia sedang mencari..
Seperti cinta...
*aih.. tabok bedug*

foot note :
tulisan ini di latar belakangi oleh trafic blog saya yang agak menurun belakangan ini. emm.. mungkin tanpa sadar saya juga ingin diakui eksistensinya (like mainstream others..)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar