Namanya intan. Seorang senior angkatan 2007 di jurusanku. Yang paling aku ingat tentangnya adalah traveler, jilbaber, sosial worker, sastrawati, dan catatan tentang ayah.
Ya, yang selalu aku ingat tentang teteh ku yang satu itu adalah tentang gambaran kecintaannya pada ayahnya. Aku iri dengan kecintaan teh intan yang tergambar sangat mencintai ayahnya dari tulisan-tulisan tentang ayah yang dibuatnya. Karena aku sendiri kadang sering merasa sebal kepada ayah. (Dan saat merefleksikan kalimat yang aku tulis barusan, aku menyadari bahwa aku juga mencintai ayahku dengan cara dan standar yang unik. Aku tidak iri lagi tentang ayah sekarang.)
Ah teh intan. Keren. Itu satu kata yang ingin aku sampaikan kepadanya.
Aku menulis ini, agar aku mengingat pertemuan hari ini dengannya dan intisari-intisari dari obrolan kita hari ini.
*Menulis terus, dan publikasikan. Jangan tunggu sampai kita merasa tulisan kita layak. Karena kita gak tau rezeki kita bagaimana dan kapan.
*Tentang langkah-langkah social project, yang hampir saja aku menyerah. Untung teh intan memberikan langkah-langkah dan gambaran yang cukup jelas dalam bayanganku. Bismillah, semoga sukses!
*Tentang persahabatan. Ah, individu memang selalu jadi misteri. Biar itu tetap jadi misteri. And keep smile. :)
Terimakasih teh intan :)
Kereta patas, petang, 18.52
Langit sudah gelap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar