Rabu, Desember 18, 2013

obat buat 'traveler mentok'

Jalan-jalan ke berbagai tempat baru yang belum pernah dikunjungi sebelumnya dan menikmati atmosfer dan langit disana, bercengkrama dengan native, sepertinya merupakan keinginan dan hasrat dari setiap traveler. 
Saya cinta traveling, meskipun tidak sering bepergian ke tempat jauh (terbentur izin orangtua yang sulit tembus). Saya kerap kali merasa sedih melihat beberapa foto-foto di beberapa blog dan tumblr di sebuah tempat yang 'aneh' bagi saya, karena melihat foto-foto tersebut membuat saya merasa iri. Ingin sekali ke tempat itu kemudian menulis atau paling tidak mengabadikan suatu momen atau sudut berdasarkan pandangan saya sendiri. Alhasil, tak jarang saya meratapi nasib diri karena jadi seorang 'traveler mentok' (biasanya mentok karena berbagai macam alasan berbeda, misalnya waktu, uang, kesempatan, atau izin orangtua atau suami).

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan para 'traveler mentok'
yang biasa saya gunakan untuk mengobati ratapan yang terkesan 'menyedihkan' itu, dan ingin saya bagikan kepada teman-teman. Semoga teman-teman yang mengalami nasih sama seperti saya, yang punya hasrat traveling setinggi gunung everest tapi kepentok batu kerikil, bisa juga sedikit terobati.

1. Memandang Langit

Langit Sumedang, bulan sembilan hari keduapuluhsatu, 2012


















Saya sangat menikmati langit. Kapanpun itu. Dan saya pikir semua orang juga akan menyukainya jika mau mencobanya. Suatu sore, saya pernah berdiskusi dengan salah seorang teteh di kampus dan menceritakan tentang hobi saya ini. 
"Eh, memandang langit itu bisa mengobati kesedihan ya?", komentar teteh.
"Wah, emang iya teh?", saya antusias mendengar penjelasan lebih lanjut.
"Iya, teteh juga tahu dari temen. Pas cari google, ternyata ada. Dan memang iya", papar teteh.
Saat dirumah, saya langsung browsing, dan memang apa yang teteh ceritakan itu benar. Manfaat memandang langit, salah satunya adalah mengobati kesedihan. Jadi mungkin itulah yang bisa sedikit mengobati rasa 'malang' traveler mentok. Hehe..
Hmm.. Apa benar? Bisa dicoba saja sendiri :)

2. Berjalan Kaki
Banyak sekali keuntungan berjalan kaki. Selain sehat, berjalan kaki yang dinikmati juga bisa menjadi sebuah kebahagiaan dan rasa syukur tersendiri. Setiap hampir pulang kampus, karena rute kendaraan kampus-rumah harus menggunakan dua kali angkot- saya hampir selalu berjalan kaki. Memang perjalanan yang saya lakukan tidak terlalu jauh, tapi saat berjalan, saya sering mencoba menikmati setiap hentakan langkah saya. Menikmati angin yang kadang berhembus menerpa saya. Suara kendaraan yang bising, anak-anak yang lewat, suara daun yang bergesekan, desingan mesin pompa air dari rumah yang kita lewati, bagi saya itu adalah sebuah kenikmatan. 
Dengan berjalan kaki juga, kita bisa diasah untuk lebih peka yang sering diabaikan saat kita naik kendaraan terutama kendaraan pribadi, apalagi kita sebagai pengemudi. Misalnya kita bisa mencoba melewati jalur yang berbeda-beda dan sangat unik. Kalau pengalaman saya pribadi, saat berjalan di daerah gang, kita bisa melihat lebih banyak fenomena yang humanis yang umum terjadi di gang. Kalau rumah kita di gang, mungkin kita merasa aneh. Ngapain diperhatikan? Orang sering banget ada disini. Justru disana kuncinya kepekaannya. Jalan raya atau jalanan kompleks juga bisa menjadi sebuah site yang menarik dan berkesan dalam setiap pengalaman berjalan.
Terhalang oleh panas matahari? Jangan ragu memakai payung, kecuali kalau kamu memang gengsi. Bisa menikmati sorotan lampu alami. Kalau saya pribadi, saya kurang suka matahari siang, tapi saya sangat suka langit siang, jadi saya kadang pakai payung kadang tidak. Tapi kalau matahari sangat menyengat, saya memiliih pakai payung, jadi tidak mengganggu kamu menikmati proses berjalan. Oya, kalau berjalan kaki hindari membawa barang terlalu banyak dan terlalu berat, karena hal itu akan membuat lelah dan rempong. Dan itu sangat mengganggu.
Jalan disebuah kampung di Dago, Bandung, 29 April 2012

Jalan Setiabudhi, Bandung. Sore hari, 24 Mei 2012

Gg. Negla Hilir, Bandung. Mendung, sore hari, 29 April 2013 
3. Bernafas dan Menikmatinya
Nia lagi 'bernafas' di NuArt Gallery, 28 Mei 2012

Ini bisa kamu lakukan dimana saja. Tapi untuk di tempat berdebu, kotor dan banyak polusi, tidak saya sarankan kamu untuk melakukannya, karena saya juga tidak berani mencobanya. Belakangan adik saya menggunakan istilah ini setelah mengikuti latihan pengolahan tenaga dalam.
"Mau kemana?", tanya saya suatu hari.
"Ke loteng", jawabnya pendek.
"Ngapain?"
"Mau bernafas."
Dan itu artinya mau ngadem atau menikmati setiap udara yang sudah kita nikmati dengan gratis. Nikmat ini yang mungkin sering kita lupakan. Padahal bernafas dengan nyaman tanpa kesulitan merupakan nikmat yang paling krusial dari semua nikmat yang ada. Semoga kita jadi lebih menhargai setiap nikmat kecil yang Allah kasih, yang mungkin saja menurut kita itu nikmat kecil, padahal Allah memberikannya untuk mendatangkan menfaat yang besar untuk kita.

Sebenarnya, kalau dipikir-pikir ini adalah hal-hal sedernaha. Dan ini merupakan beberapa obat dari rasa sedih. Tapi kan bagi seorang traveler, akan sangat terasa menyedihkan kalau kita punya hasrat gede banget buat traveling, tapi gak bisa pergi karena berbagai alasan. (Ngeles nya gue aje itu mah :p)
Yang pasti, kalau kita merasa mentok, meskipun benar-benar mentok, jangan putus asa. Kalau belum sekarang, someday. Tapi tetap simpan keinginan itu untuk memupuk usaha dan menabung rasa sykur dikemudian hari. Cuma, kalau kita merasa sedih, tadi diatas saya sudah kasih sedikit tips. Tapi jangan kelamaan mengobati sedihnya, segera bangkit dan lanjutkan usaha kita.

Semangat??
harus semangat!!! 

Sumber Foto : Old Collection, koleksi pribadi yang terpendam cukup lama :P

Tidak ada komentar:

Posting Komentar