Jumat malam itu hujan deras, sehingga Sabtu pagi jalanan cukup banjir dan becek. Padahal jalan aspal perkampungan yang menuju Sayang, Paseh saja sudah cukup bikin 'olahraga' ketika kemarin mau ke kebun bersama Ibu dan Adik, saya masih cukup sok berani lewati lapangan tanah merah yang lengket itu dengan motor matic mio.
Ya, kemarin pagi sekali, Ibu sudah mengajak saya untuk ke pasar, atm dan kebun. Jadi, sepulang dari pasar, kami langsung pergi ke kebun karena ingin mengecek kayu-kayu yang dibutuhkan. Tapi kami kesana menggunakan motor matic. Kami menyebutnya soul.
Jalanan aspal basah. Tapi tak menyulitkan. Tapi di muka lapangan tanah merah, kami memulai dengan eksotis.
Soul, 'tibelesek', sampai melemparkan Ibu dan Adik dari boncengan. Saya sendiri tertindih motor.
Butuh beberapa saat sampai aku menyadari bahwa kami jatuh. Saya langsung memberdikirikan motor setelah mencium bau bensin yang menyengat. Takut tumpah. Dan saya baru membantu Ibu dan Adik berdiri setelahnya :(
Alasan ngelesnya takut karena bensin tumpah, motor meledak. :p (emang bisa?)
Akhirnya Ibu dan Adik memutuskan untuk berjalan melewati lapang, dan aku membawa motornya. Selama mengendarai motor di tengah lapang tanah merah itu, saya serasa jadi mixer (alat untuk buat bolu). Ban belakang berputar dengan arah tak tentu. Jadi saya mengendalikan motor dengan perasaan sedikit lebih sulit, meskipun pada akhirnya kami berhasil melewati lapangan. Yeaay! Alhamdulillah.
Kami beristirahat di warung Bu Haji sebentar. Bu Haji menyambut kami dengan kaget.
"Eleuh.. Si Eneng.. Padahal hujan mah tong ka lapang. Jalan gang mantri atuh...", Bu Haji memberi saran.
Iya ya... Kenapa ga lewat sana?
Zzzz -_-
polar bear's bumbling | cerita yang penting sampai gak penting tentang khayalan, puisi, foto, bisnis, psikologi, kehidupan . . . . | apapun |Cinta selalu jadi bagian menarik dari setiap cerita -Ibunya Stephanie Mayer
Minggu, Desember 08, 2013
matic motor cross
Published with Blogger-droid v2.0.4
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar