Rabu, Desember 18, 2013

Kak Dafa

Lah? Kok gambar Brad Pitt?! Haha gak papa deh. Image nya pas. :p
Aku melihatnya tertawa bersama teman-teman timenumerator proyek assessmen disabilitas. Aku juga ikut tertawa. Memang atmosfernya sedang menyenangkan. Aku masih sering mencuri-curi pandang pada Kak Dafa. Aku tak tahu apa Kak Dafa menyadarinya atau tidak.
Dan hari ini adalah hari terakhir kebersamaan kami secara formal. Proses pengerjaan laporan proyek assesmen kemarin sudah sampai di hari terkahir.
Tidak terasa kebersamaan dua bulan ini membuat kami, tim enumerator proyek, sudah seperti keluarga dan saudara. Kedekatan ini sangat terasa.
Meskipun aku adalah satu-satunya anggota tim yang pendiam, aku tetap dianggap dan dilibatkan dalam setiap percakapan ketika kami kumpul. Aku sangat bahagia berada diantara mereka. Dan aku menyadari, kesedihan ini mulai menjalar.
“Ah.. Ini hari terakhir...”, Kak Fika tiba-tiba merubah suasana.
“Iya ya...”, suara yang lainnya terdengar.
“Aku pasti kangen kaliaaan..”, Kak Uni membuat suasana menjadi terasa menyesakan bagiku, mungkin bagi semua. Tak terasa, mataku mulai berkaca-kaca.
“Rara nangis lagi...”, Kak Bambang meneriakiku.
“Rara kenapa nangis?”, Mitha merangkul dan mengelus bahuku.
Aku hanya tersenyum dan menggelengkan kepala, tapi aku tak bisa menahan butiran bening yang semakin deras mengalir di pipiku.
“Ah.. Kak Bambang.. Jangan dibilangin Rara nangis.. Ntar makin nangis!”, Mitha memarahi Kak Bambang. Aku tertawa melihatnya, lucu. Bahagia sekali disini.
Atmosfer pun bertambah haru dan akrab, dan tentu saja dibungkus oleh kelakar-kelakar mereka. Ahu hanya diam sambil tersenyum. Aku memang tak pandai berkelakar.
Aku memandang lekat wajah mereka satu-persatu yang sedang berkelakar lagi. Dan mataku lebih lama terhanti saat memandang seseorang tampan di arah jam 1 yang sedang asik berkelakar sambil terjepit satu batang rokok ditangan kanannya. Kak Dafa.
***
Kak Dafa. Aku cuma bisa melihatnya dari jauh saja. Periang dan tampan. Ah, dia begitu... mempesona. Hanya satu hal, dia tak pernah bisa jauh dari rokok dan tak pernah sholat. Jadi, sebenarnya bukan satu hal, tapi dua hal yang mengurangi kadar keren Kak Dafa.
***
“Daf, kite sholat dulu, ye?”, kata Kak Anis pada Kak Dafa.
Ku lihat Kak Dafa hanya mengangguk. Aku memandangnya lekat, masih tak habis pikir, kenapa lelaki setampan dia tak mau sholat. Belum pernah sebelumnya aku melihat orang seperti ini. Sebengal-bengalnya teman-teman yang pernah aku kenal, jika diajak sholat mereka masih mau, meski dengan malas-malasan. Tapi orang ini... Ah, aku tak habis pikir.
Aku mengikuti Kak Anis ke mushola, diikuti oleh teman-teman lainnya. Hanya satu yang tak ikut, Kak Dafa. Dari jauh, kulihat Kak Dafa merogoh dan mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya. Rokok. Ah, Kak Dafa.
***
Cling!
Ponselku berbunyi. Tanda notifikasi Line. Aku melihat ada sebuah pesan. Dadaku berdegup kencang  saat melihat siapa pengirimnya. Apalagi saat membaca pesannya.
Dafa Putra          : Ra kamu lagi sibuk ga?
Aku dengan segera membalasnya.
Tentatif sih kak. Emang kenapa?
Segera muncul balasan dari Kak Dafa.
Dafa Putra          : Ini, kan STC mau ada proyek lagi. Tapi gak semua diajak lagi, yang diajak cuma orang-orang yang mau mereka pake lagi.
Degh! Aku merasa sangat berdebar. Tak lama muncul lagi pesan lanjutannya.
Dafa Putra          : Kamu mau ikut proyek STC lagi gak?
God! Dan ini hal yangmembuat aku lebih berbunga dari siapapun, ku rasa.
Mau banget kak!
Aku tanpa pikir panjang menyetujuinya. Tapi aku baru ingat, beberapa waktu lagi aku harus melaksanakan program pengabdian pada masyarakat dari kampus untuk 40 hari.
Eh, tapi buat kapan kak?
Aku menambahkan pertanyaan untuk memastikan.
Dafa Putra          : Buat minggu depan dan 20 hari kedepan.
Oh, Tuhan! Kenapa harus bentrok!
Yah.. Kak, kalau tanggal segituan aku gak bisa.. Aku belum ambil KKN.. L
Dengan sedih, aku harus menolak ajakan Kak Dafa.
Dafa Putra          : Wah.. Sayang banget, Ra...
Rara Septiani      : Banget Kak! Aku juga pengen bangeet! L
Dafa Putra          : Ya udah, mudah-mudahan lain kali ya. Sayang juga kalau ntar kuliah kamu keteter ;)
Ah... Kak Dafa, kenapa harus sekaraang? Aku merasa sedih saat ini.
Iya kak.. Makasih yaa.. Tapi nanti kalau ada proyek lagi ajakin aku yaaa.. ;) Hehe
Aku membalas pesan Kak Dafa, meski dengan hati yang sedih.
Dafa Putra          : Hahaha. Oke.. Gampang lah ;)
Aku melemparkan ponselku dengan perasaan kacau.
***
Aku melihat foto-foto Mitha, Kak Dafa, Kak Fika, Kak Ai, Kak Anis, Kak Asri, Rahma yang menggantikanku, dan beberapa wajah yang aku tak kenal.
“Mitha.. Kamu enak udah ambil KKN jadi bisa ikut lagi..”, aku merengek ketika Mitha memperlihatkan fotonya bersama tim STC kemarin.
“Iya.. Kamu sih, Ra. Pake gak ngambil KKN sih semester kemarin. Jadi sekarang gak bisa ikut”, Mitha malah menyalahkanku. Aku cemberut.
“Kan aku juga gak sengaja gak KKN kemarin Mith. Nanti ajakin aku lagi ya, Mitha?”, aku merajuk.
“Haha.. Iya Insya Allah”, Mitha tersenyum.
Tiba-tiba dadaku dipenuhi rasa rindu. Pada Kak Anis, Kak Fika, Kak Cita, dan semua anggota tim enumerator proyek disabilitas. Terutama pada satu sosok. Aku harap sosok itu sudah mulai menemukan hidayahnya untuk berhenti merokok dan mulai sholat lagi.
***

Malam, hujan, malam senin, saat rindu
15.12.13
22.11  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar