Lah? Kok gambar Brad Pitt?! Haha gak papa deh. Image nya pas. :p |
Aku melihatnya tertawa bersama teman-teman timenumerator proyek assessmen
disabilitas. Aku juga ikut tertawa. Memang atmosfernya sedang menyenangkan. Aku
masih sering mencuri-curi pandang pada Kak Dafa. Aku tak tahu apa Kak Dafa
menyadarinya atau tidak.
Dan hari ini adalah hari terakhir kebersamaan kami secara formal. Proses
pengerjaan laporan proyek assesmen kemarin sudah sampai di hari terkahir.
Tidak
terasa kebersamaan dua bulan ini membuat kami, tim enumerator proyek, sudah
seperti keluarga dan saudara. Kedekatan ini sangat terasa.
Meskipun aku adalah satu-satunya anggota tim yang pendiam, aku tetap
dianggap dan dilibatkan dalam setiap percakapan ketika kami kumpul. Aku sangat
bahagia berada diantara mereka. Dan aku menyadari, kesedihan ini mulai menjalar.
“Ah.. Ini hari terakhir...”, Kak Fika tiba-tiba merubah suasana.
“Iya ya...”, suara yang lainnya terdengar.
“Aku pasti kangen kaliaaan..”, Kak Uni membuat suasana menjadi terasa
menyesakan bagiku, mungkin bagi semua. Tak terasa, mataku mulai berkaca-kaca.
“Rara nangis lagi...”, Kak Bambang meneriakiku.
“Rara kenapa nangis?”, Mitha merangkul dan mengelus bahuku.
Aku hanya tersenyum dan menggelengkan kepala, tapi aku tak bisa menahan
butiran bening yang semakin deras mengalir di pipiku.
“Ah.. Kak Bambang.. Jangan dibilangin Rara nangis.. Ntar makin nangis!”, Mitha
memarahi Kak Bambang. Aku tertawa melihatnya, lucu. Bahagia sekali disini.
Atmosfer pun bertambah haru dan akrab, dan tentu saja dibungkus oleh
kelakar-kelakar mereka. Ahu hanya diam sambil tersenyum. Aku memang tak pandai
berkelakar.
Aku memandang lekat wajah mereka satu-persatu yang sedang berkelakar lagi.
Dan mataku lebih lama terhanti saat memandang seseorang tampan di arah jam 1
yang sedang asik berkelakar sambil terjepit satu batang rokok ditangan kanannya.
Kak Dafa.
***
Kak Dafa. Aku cuma bisa melihatnya dari jauh saja. Periang dan tampan. Ah,
dia begitu... mempesona. Hanya satu hal, dia tak pernah bisa jauh dari rokok
dan tak pernah sholat. Jadi, sebenarnya bukan satu hal, tapi dua hal yang
mengurangi kadar keren Kak Dafa.
***
“Daf, kite sholat dulu, ye?”, kata Kak Anis pada Kak Dafa.
Ku lihat Kak Dafa hanya mengangguk. Aku memandangnya lekat, masih tak habis
pikir, kenapa lelaki setampan dia tak mau sholat. Belum pernah sebelumnya aku
melihat orang seperti ini. Sebengal-bengalnya teman-teman yang pernah aku
kenal, jika diajak sholat mereka masih mau, meski dengan malas-malasan. Tapi
orang ini... Ah, aku tak habis pikir.
Aku mengikuti Kak Anis ke mushola, diikuti oleh teman-teman lainnya. Hanya
satu yang tak ikut, Kak Dafa. Dari jauh, kulihat Kak Dafa merogoh dan
mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya. Rokok. Ah, Kak Dafa.
***
Cling!
Ponselku berbunyi. Tanda notifikasi Line. Aku melihat ada sebuah pesan.
Dadaku berdegup kencang saat melihat siapa
pengirimnya. Apalagi saat membaca pesannya.
Dafa Putra : Ra kamu lagi
sibuk ga?
Aku dengan segera membalasnya.
Tentatif sih kak. Emang kenapa?
Segera muncul balasan dari Kak Dafa.
Dafa Putra : Ini, kan STC
mau ada proyek lagi. Tapi gak semua diajak lagi, yang diajak cuma orang-orang
yang mau mereka pake lagi.
Degh! Aku merasa sangat berdebar. Tak lama muncul lagi pesan lanjutannya.
Dafa Putra : Kamu mau ikut
proyek STC lagi gak?
God! Dan ini hal yangmembuat aku lebih berbunga dari siapapun, ku rasa.
Mau banget kak!
Aku tanpa pikir panjang menyetujuinya. Tapi aku baru ingat, beberapa waktu
lagi aku harus melaksanakan program pengabdian pada masyarakat dari kampus
untuk 40 hari.
Eh, tapi buat kapan kak?
Aku menambahkan pertanyaan untuk memastikan.
Dafa Putra : Buat minggu
depan dan 20 hari kedepan.
Oh, Tuhan! Kenapa harus bentrok!
Yah.. Kak, kalau tanggal segituan aku gak bisa.. Aku belum ambil KKN.. L
Dengan sedih, aku harus menolak ajakan Kak Dafa.
Dafa Putra : Wah.. Sayang
banget, Ra...
Rara Septiani : Banget Kak!
Aku juga pengen bangeet! L
Dafa Putra : Ya udah,
mudah-mudahan lain kali ya. Sayang juga kalau ntar kuliah kamu keteter ;)
Ah... Kak Dafa, kenapa harus sekaraang? Aku merasa sedih saat ini.
Iya kak.. Makasih yaa.. Tapi nanti kalau ada proyek lagi ajakin aku yaaa..
;) Hehe
Aku membalas pesan Kak Dafa, meski dengan hati yang sedih.
Dafa Putra : Hahaha. Oke.. Gampang lah ;)
Aku melemparkan ponselku dengan perasaan kacau.
***
Aku melihat foto-foto Mitha, Kak Dafa, Kak Fika, Kak Ai, Kak Anis, Kak Asri,
Rahma yang menggantikanku, dan beberapa wajah yang aku tak kenal.
“Mitha.. Kamu enak udah ambil KKN jadi bisa ikut lagi..”, aku merengek
ketika Mitha memperlihatkan fotonya bersama tim STC kemarin.
“Iya.. Kamu sih, Ra. Pake gak ngambil KKN sih semester kemarin. Jadi
sekarang gak bisa ikut”, Mitha malah menyalahkanku. Aku cemberut.
“Kan aku juga gak sengaja gak KKN kemarin Mith. Nanti ajakin aku lagi ya, Mitha?”,
aku merajuk.
“Haha.. Iya Insya Allah”, Mitha tersenyum.
Tiba-tiba dadaku dipenuhi rasa rindu. Pada Kak Anis, Kak Fika, Kak Cita,
dan semua anggota tim enumerator proyek disabilitas. Terutama pada satu sosok.
Aku harap sosok itu sudah mulai menemukan hidayahnya untuk berhenti merokok dan mulai
sholat lagi.
***
Malam, hujan, malam senin, saat rindu
15.12.13
22.11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar